Monday, January 30, 2023

Dilema Penjengukan Santri

 

Asshiddiqiyah pusat Jakarta, dengan area yang tak sebesar pesantren cabang, terlebih tempatnya ditengah ibukota, disamping jalan besar. Di depan Pondok, merupakan jalur busway dengan koridor nama pesantren "Asshiddiqiyah".

Secara letak wilayahnya, bisa dibayangkan bahwa Asshiddiqiyah merupakan tempat yang penuh dengan hiruk pikuk kendaraan, bahkan bisa dibilang jalur utama lalu lalang kendaraan. Jadi suara bising kendaraan sudah menjadi hal biasa. 

Nah, tempat yang ramai, area yang terbatas ditengah kota menjadi tantangan sendiri bagi pengelola pesantren. Dalam hal ini mengatur tentang Penjengukan santri putra dan putri. Sebenarnya lebih kepada ketegasan pesantren untuk menegakkan peraturan sih. 

Masalahnya, karena posisi pesantren dengan dinamika wali santri ibukota, terkadang pihak pesantren cenderung mengalah dengan wali santri. Artinya banyak hal-hal yang dipertimbangkan agar ketemu win-win solution.

Contohnya, ketika peraturan penjengukan putra dan putri di gilir selang- seling seminggu sekali putra, Minggu berikutnya putri. Pada kenyataannya, fakta dilapangan, saat jadwal putra, beberapa santri putri ikut dijenguk, karena adik kakak putra & putri. Akhirnya win-win solutionnya adalah disediakan tempat khusus yaitu di pendopo, jika adik kakak, laki dan perempuan.

Kemudian berkembang lagi, terjadi percampuran cewek & cowok saat penjengukan, modus nya adalah si anak membawa temannya lagi, terkadang wali santri juga melindungi dengan dalih masih saudara. Belum lagi, ada juga wali santri yang mendukung anaknya pacaran, dsb.

Wapri pak Lurah

Penanganan untuk penjengukan ini, selain dari peraturan yang sudah dibuat dan disosialisasikan, berikutnya memang pengontrolan.

Wapri kepala keamanan

"Mis, minta bantuannya, banyak anak putri yang dijenguk, padahal sekarang jadwal putra", Ust. Ibnu keamanan menelpon ku di siang bolong.

 "Siap, Ust. Ibnu, sudah ngasih tau Bu Ikha kan?".

Tanpa menunggu lama, aku segera bergegas menuju ke depan.

Area parkiran mulai ku jumpai beberapa santri putri dan ortunya.

"Jadwal cowok kok ada disini, neng", ku tanya si  kelas 1.

"Ortu saya bisanya hari ini mis", jawab nya.

Kulihat mamanya memberi tanda maaf dari tempat parkir motor. Aku pun membalas hal yang sama.

"Mohon maaf Bun, sekarang jadwal putra, putri tidak boleh dijenguk", jelasku.

"Iya mis, ini saya langsung pulang", jawab beliau sambil mengeluarkan motor yang diparkirnya.

Kulihat lagi dimasjid, di aula, bahkan sempat ngobrol dg wali santri kls 6 di tangga masjid, dengan alasan Minggu kemarin tidak bisa nengok.

Sedangkan yang di aula, sepupu cewek cowok semua diarahkan ke pendopo

Padahal sebenarnya untuk sepupu tidak diperbolehkan. Tapi sangat susah sekali.

Penjengukan di aula yang masih campur

Tetapi minimal, santri putri tidak boleh di area aula / masjd, melainkan tempat khusus yaitu pendopo.

Beberapa cara lain untuk meminimalisir percampuran penjengukan putra putri. Yaitu menggembok gerbang putri, meski wali santri/ anak bisa saja lewat lapangan/masjid. 

Sebenarnya agak dilema juga sih, ketika sudah sosialisasi, sudah dijaga, masih saja kecolongan. Karena posisi masjid/ lapangan bisa diakses untuk jalan, meski gerbang putri sudah di gembok. Jadi intinya pengontrolan oleh keamanan dan beberapa wali asuh tetap dibutuhkan.

Wallahu a'lam bis showab


No comments:

Post a Comment