Monday, February 6, 2023

Proofreading Before Launching

 Judul: Proofreading Before Launching 

Resume Ke: 12

Gelombang: 28

Hari/ Tanggal: Jum'at, 3 Februari 2023

Tema: Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan 

Narasumber: Susanto S.Pd

Moderator: Helwiyah, S.Pd.MM

Pengalaman selama ini dalam menulis, saya mempraktekkan mantra sakti Omjay dan Tim Solid nya yaitu 'Tuliskan saja, dan menulis lah setiap hari. Mantra tersebut mudah sekali di ucapkan, namun sulit sekali dipraktikkan. Mungkin karena saya belum terbiasa dan satu lagi karena terlalu perfeksionis.

Entah apakah ada kaitannya antara perfeksionis dan Proofreading, yang jelas, seiring berjalannya waktu, saya masih keteteran untuk bisa menulis & publish setiap hari. Tapi saya tetap optimis bisa meningkatkan produktivitas menulis, karena selalu mendapat bimbingan dari komunitas KBMN. Alhamdulillah.

Materi kali ini bertema "Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan ", dengan narasumber Bapak Susanto S.Pd. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Ibu Helwiyah, S.Pd. MM. Beliau adalah mentor saya dalam penyusunan buku solo.

Jadi apa itu proofreading? Apakah artinya Pak prof sedang membaca? Untuk lebih jelasnya, mari simak resume ke-12 di KBMN PGRI 28.

Di awal pertemuan, moderator membuka dengan sebuah pantun perkenalan.

Bunga sekuntum Mekar berseri,

Disunting gadis dari Betawi,

Assalamu Alaikum pegiat literasi,

Salam jumpa dengan Bu ewi

Narasumber dan moderator kali ini sama- sama jebolan KBMN, hanya beda angkatannya saja. Jika pak D. (panggilan akrab bapak Susanto) merupakan lulusan angkatan KBMN 15, maka Bu Ewi ( nama panggilan Bu Helwiyah) adalah alumni KBMN 20, satu generasi dengan pak Dail dan jeng Raliyanti. Lulusan KBMN memang terbukti hebat-hebat semuanya. Masyaallah... Tabarokallah....

Bu Ewi menyemangati para peserta KBMN dengan quote- quote :

Bagi pemikir, buah fikirnya hanya akan bersemayam dalam fikiran jika tak diucapkan dan ditulis 

Bagi pembicara, pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak dituliskan

Bagi penulis ,tulisannya akan tersimpan dalam catatan jika tak dipublikasikan.

Bagi penulis media, tulisnnya akan tertimpa materi tulisan lain jika tak dibukukan

Maka,.ucapkan dan tuliskan yang ada dalam fikiran.

 Publikasikan dan bukukan apa yang sudah ditulis,agar banyak orang yang dapat membacanya.

Selanjutnya Bu Ewi mengirimkan foto & link profil narasumbernarasumber.

https://blogsusanto.com/kalimatmu-kepanjangan/

Pak D Sus adalah seorang Guru SDN Mardiharjo Sumatra Selatan. Pendidikan beliau, S1 PendidikanBahasa Indonesia dan PGSD. Beliau seorang ayah dengan 4 anak dan memiliki hobi sebagai penikmat musik keroncong.

Pak D Sus juga menceritakan, bagaimana beliau menjadi narasumber di KBMN, yaitu di KBMN gelombang 19. Materi yang beliau sampaikan juga selalu sama, sehingga materi Proofreading pun dianggap materi yang membosankan. Namun tidak untuk saya pribadi, karena saya baru tahu istilah Proofreading.

Buku solo beliau yang pertama, sebagai prasyarat kelulusan menjadi narasumber di KBMN

Buku solo pertama

Selanjutnya pak D menjelaskan pengertian Proofreading dengan mengirimkan resume dari salah satu peserta KBMN gelombang 27

 https://ahmadfatch.blogspot.com/2022/09/belajar-cara-menulis-pgri-gelombang-ke_19.html?m=0  

Resume dari pak Fatch memang sangat komplit sekali membahas tentang materi Proofreading. Jadi Narsum meminta peserta untuk membacanya.

Proses self editing

Proses menulis ada tiga tahap Proofreading, letaknya adalah sesudah tulisan jadi, jangan ketika tulisan masih setengah jalan.

Karena kemungkinan terus tulisan tersebut tidak jadi

Proofreading memeriksa konten, tata bahasa, kosakata, kaidah-kaidah penulisan sesuai bahasa kita

Proof reading setelah tulisan jadi
Pengertian Proofreading

Alat yang digunakan untuk membantu melakukan proofreading adalah KBBI dan PUEBI yang sejak 16 Agustus 2022 diganti dengan EYD.  Ketetapan ini merujuk pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Ada beberapa perubahan misalnya:

Perubahan *kaidah, yaitu pengkhususan penulisan bentuk terikat maha- untuk kata yang berkaitan dengan Tuhan*.

Pada ejaan sebelumnya, aturan penulisan *kata terikat maha-* ada yang dipisah dan digabung sesuai syarat dan ketentuannya.

Sementara *pada EYD edisi V, aturan penulisan kata terikat maha- dengan kata dasar atau kata berimbuhan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan, semua ditulis terpisah dengan huruf awal kapital sebagai pengkhususan*.

Contohnya: *Yang Maha Esa, Yang Maha Pengasih, Tuhan Yang Maha Pengampun*. Aturan penggunaan tanda baca, sepertinya tidak ada perubahan

Tips melakukan Proofreading

Silahkan menuju laman:  https://ejaan.kemdikbud.go.id/  berdampingan dengan KBBI untuk melakukan proofreading tulisan kita.

Pak D pun membuat formasi yang berbeda dalam penyampaian materi Proofreading kali ini. Yaitu dengan memberikan tantangan kepada peserta untuk melakukan Proofreading pada sebuah cuplikan tulisan yang dikirim beliau.

Buku yang dipakai untuk tantangan
Cuplikan paragraf sebagai tantangan untuk peserta

Peserta diajak langsung praktik melakukan Proofreading. Bagi peserta yang tercepat dan benar, akan mendapatkan hadiah dari narasumber

Para peserta pun terlihat sangat antusias dengan berlomba-lomba japri ke moderator. 

Tantangan yang masuk admin

Sambil mengoreksi hasil Proofreading peserta, sesi tanya jawab pun dibuka karena waktu yang terbatas.

1.Evridus Mangung

T: 1.Apa bisa dibenarkan menulis sebuah kalimat tanpa mengulangi subjeknya. Misalnya: *Lelaki ditemani senja. Menatap mega tanpa kata.*

2. Didalam pemaparan tentang gambar swasunting disebutkan salah satu aplikasi atau editing tools. Jujur, saya baru mendengar aplikasi ini. Pertanyaan saya, apakah aplikasi ini bisa didownloload? Jika ya, bolehkah dishare linknya atau apakah ada di playstore?

J: 1. Untuk puisi, tiada salahnya, Bapak. Untuk esai, masukkan ke dalam kalimat majemuk.

2. Saya pun baru nemu, Pa. Ha ha ha. Satu di antara 'tools' itu adalah Google Docs: 

Ini sumbernya, bisa Bapak eksplorasi ya, Pak.

https://www.techtoolsforwriters.com/hemingway-app-a-proofreading-tool-for-writers/

2. Imro'atus Sholihah _ Jombang Jatim

T: 1. Selama ini mungkin kita lebih akrab dengan kata _editing_. Apa perbedaannya dengan _Proofreading_?

2. Kemudian lebih penting mana antara _editing atau proofreading_?

Setahu saya di sebuah buku yang dituliskan adalah editor bukan _Proofreader_.

3.Ada tulisan ilmiah dan non-ilmiah, ada fiksi dan non-fiksi. Bagaimana melakukan proofreading terhadap tulisan tersebut yang tentunya berbeda?


J: 1.Benar di buku yang ditulis adalah Editor, bukan proofreader. Tentu dengan alasan ya, Bu. 

Saya kutip dari laman uptbahasa.untan.ac.id

*Proofreading* adalah proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalahan-kesalahan mendasar lainnya.

Editing, orangnya disebut editor, memeriksa lebih dari itu. Untuk penerbit Mayor, semoga saya tidak salah, Editor menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan. Proofreader  melakukan uji baca pada tulisan.

Kembali mengutip laman uptbahasa.untan.ac.id  >> *dibeberapa jurnal, mereka mewajibkan para penulis untuk mem-proofread artikel mereka terlebih dahulu sebelum dikirim ke editor*

2.Buku nonfiksi yang padat dan bersifat teknis, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengoreksi daripada yang lain (fiksi). Namun, pada fiksi yang sarat dengan dialog tentu ada aturan-aturan bagaimana menulis dialog dengan tanda baca yang benar. Ini ada dalam buku yang hendak saya jadikan GA. Bisa kunjungi laman berikut.

https://blogsusanto.com/belajar-langsung-praktik-menulis-cerpen-bagian-3-narasi-dan-dialog/

3. Toto - Kota Bekasi

T: Salah satu "tugas" Proofreading adalah memastikan tulisan itu "bisa diterima logika dan dipahami".

Permasalahannya, jika kita melakukan proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita merasa semua sudah logis dan dapat difahami. Bagaimana menyiasati permasalahan ini? 

J:*Permasalahannya, jika kita melakukan proofreading atas tulisan kita sendiri, pastinya kita merasa semua sudah logis dan dapat difahami.* Tidak akan terjadi, jika tulisan di-ENDAPKAN dahulu.  Jika cara itu juga kita merasa seperti itu (semoga bukan karena egois ya he he he, berikan kepada orang lain, meminta orang lain untuk membaca). Analoginya, pemain bola akan fokus dan merasa sudah benar menggiring serta menendang ke arah yang benar. Nyatanya, penonton di tribun kayak lebih tahu harus ke mana tuh bola ditendang

4.Astri_ Bekasi 

T: Kapan melakukan proofreading? Apakah pada saat menulis baru satu paragraf atau setelah tulisan selesai? 

J:*JANGAN SEKALI-KALI MELAKUKAN PROOFREADING KETIKA TUILISAN BELUM SELESAI ATAU BELUM JADI HINGGA PARAGRAF TERAKHIR*. 

5.HR. Utami_Semarang

T:1. Apakah urutan prosesnya begini: writing, swasunting (mengedit sendiri), Editing, Proofreading, Cetak/ke Penerbit, Publishing? Atau apakah setelah proses proofreading kembali lagi ke penulis, kemudian langsung ke Penerbit atau setelah proses revising dari penulis langsung ke Pnerbit, dan Publish?

2.Kalau boleh tahu berapa tarif profreader, naskah seperti apa yang memerlukan proses ini, dalam arti yang profesional (misalnya untuk published di Jurnal internasional?

J: 1.Bu Utami, proses proofreading tentu sebelum naik cetak ya. Coba saja, nanti jika buku kita akan naik cetak, naskah akan diberikan kepada penulis kembali.

2. Tentang biaya, tergantung ya Bu. Ibu bisa browsing. Contohnya ini, mungkin sudah naik harganya. Dari laman yang sudah saya kutip sebelumnya, silakan gulung ke atas

Tarif editor

Ini contoh pengalaman seorang penulis

https://yoriyuliandra.com/site/2019/07/11/pengalaman-menggunakan-proofreading-online-berbayar/

6.Farida Lisanti_Musi Rawas

T: Pertanyaan saya, selain typo adakah ciri-ciri lain kalimat tidak efektif sehingga tulisan kita renyah dibaca? 

J: Hindari kesalahan minor yang "mengganggu" kenyamanan pembaca. Pedomani EYD untk penggunaan tanda baca dan tentu saja kosa kata. Kalau kalimatnya muter-muter dengan kosa kata yang itu-itu saja, ya _bosenin_ dan membuat kalimat tidak efektif.

7.Indah Ratna - Banjarnegara

T: Untuk melakukan proofreading apa bisa kita lakukan seorang diri? Misal resume mengikuti pelatihan menulis ini pak. Karena kadang saya merasa diburu dengan waktu agar bisa segera kirim resume. Biar sudah plong kalau sudah ngirim,  sehingga kadang saya tidak pernah mengendapkan dulu, tapi lamgsung kirim. Nah kira-kira apa trik yang efisien agar tulisan kita cepat terkoreksi dan cepat bisa dikirim.

J: Untuk kepentingan pengiriman resume, kadang diburu oleh waktu. Namun, sesudahnya bisa diedit kembali atau diperbarui kok tulisan di blog. Kita bicara lebih banyak untuk tulisan lain selain tugas meresume, misalnya nanti jika kita akan menyatukannya menjadi buku, maka naskah kita selesaikan, sesudah itu, lakukan proofreading sebagaimana sudah dijelaskan langkahnya.

8.Yulis_ Banyuwangi

T: Bagaimana kita bisa fokus dan konsisten menulis lugas dan jelas ketika kita dituntut untuk runtut menulis cerita, dan bagaimana kita menulis yg baik dan benar namun tidak ingin terbebani perasaan apakah tulisan itu salah atau tidak .

J: Anda, penulis sejati. Seharusnya begitu. Tulis saja hingga rampung. Benar, biar tidak lewat begitu saja dan lupa.

Ilmu menulis, diterapkan ketika menulis, misalnya satu paragraf satu ide pokok. Selebihnya, memainkan kosa kata menjadi kalimat yang enak dibaca (pinjam istilah Omjay). Sedangkan tata bahasa, aturan EYD, digunakan setelah tulisan selesai. Jadi, ya, jangan terbebani dengan perasaan. Apalagi rasa bersalah. Ah, emang salah sama siapa, he he he. Semoga menambah semangat.

9.Candra_Jakarta

T: Apakah penulis penulis dulu itu memakai proofreading dalam membuat tulisannya , bagaimana kita yg mempuyai keterbatasan dalam hal sarana prasarana  untuk  Aplikasi yg pak Sus paparkan.

J:Jangan dikira penulis-penulis dahulu tidak melakukan proofreading. Naskah proklamasi juga ada coretannya, tanda dilakukan uji baca atau yang disebut dengan proofreading.

Bagaimana kita yg mempuyai keterbatasan dalam hal sarana prasarana  untuk  Aplikasi Secara manual saja, diprint (dicetak) lalu dibaca ulang, tandai dengan tinta berwarna, misalnya merah atau biru.

Editor manual

Pak D Sus sangat respek dengan semangat para peserta. Hal ini karena, antusiasme dari peserta, hingga membuat jari pemateri keriting untuk menjawab pertanyaan. Alhamdulillah.

Tak lupa, pak D Sus mengirimkan undangan pernikahan anak beliau kepada grup KBMN PGRI 28 

Undangan pernikahan anak pak D

Dan terakhir beliau menutup dengan pantun:

*Berbaris-baris dahulu,* 

*memanjat dinding kemudian,*

*nulis-nulis saja dahulu,*

*lakukan proofreading belakangan*.

Terimakasih Pak D Sus atas ilmu Proofreading nya, mudah-mudahan bermanfaat untuk saya. Dan selamat ngunduh mantu, mudah-mudahan acaranya berjalan dengan lancar. Aamiin.




No comments:

Post a Comment