Friday, October 29, 2021

Gejolak Hati di Umur yang Keramat

Alhamdulillah... tsummal hamdulillah... Allah masih memberikan kesempatan untuk mengabdikan diri, meski dengan kemampuan  dan semangat yang pas – pasan bahkan cenderung kurang maksimal. Rasanya sungguh tak terbandingkan antara Rahmat kasih sayang yang Allah berikan dengan rasa syukur yang aku ucapkan serta amal ibadah yang bisa ku kerjakan. 

Allah kumohon ampuni dosa-dosaku ya Allah 

Hari ini, saat aku menulis catatan ini, merupakan H-1 aku mencapai umur keramat, yakni umur 40 tahun.  

 Sebenarnya kalau dihitung tahun hijriah sih sudah lewat 2 bulan yang lalu dan Alhamdulillah Allah sudah banyak mengabulkan doa doaku. 

 Ya Allah.... jika aku menulis, sesungguhnya aku ingin curhat kepada Engkau ya Allah... Dengan siapa lagi jika bukan dengan Engkau sang penulis takdirku, pencipta ku dan pemilik semuanya tanpa terkecuali. 

 Hati ini sungguh merasa sangat kurang sekali dalam memaksimalkan potensi diri. Ada banyak sekali keinginan untuk melakukan ini dan itu, namun harapan dan kenyataan jauh berbeda. Dan semua itu karena lemahnya diri hamba dalam berdisiplin serta rasa malas berlebihan, sehingga hamba tidak mampu melawan diri hamba sendiri. 

Dan ketika kekalahan semakin bertumpuk-tumpuk, hamba hanya bisa mengadu dan bersimpuh serta memohon kepadamu "Ya Allah.... berilah hamba kekuatan untuk mewujudkan cita-cita hamba". Aamiin 

My Big Enemies 

Menginjak umur 40-an diri ini semakin merasa kurang dalam segala-galanya. 

Banyak penyesalan yang merayap, "Andai dari dulu aku begini... begitu......pastilah saat ini aku akan.... dan seterusnya". 

Namun aku harus sadar bahwa semua sudah diatur oleh sang Maha Berkehendak. Jika saat ini aku sudah menyadarinya, maka mulai saat ini aku harus sekuat tenaga berusaha, agar aku tidak menyesal di kemudian hari. 

Salah seorang penulis bernama Tubagus Salim dalam salah satu grup penulis yang dia buat, menyatakan bahwa: "sesungguhnya tidak ada orang yang malas" 

Mengapa demikian?? 

 

Contoh, anak sekolah rela untuk bangun pagi tiap hari dan berusaha tidak terlambat sekolah. Atau para pekerja / pegawai akan rela bangun pagi dan pulang sore ketika dia harus melakukan pekerjaan. 

Sehingga sebenarnya tidak ada orang yang malas. Yang ada adalah seseorang tidak  menjadikan prioritas akan hal yg di malasin tersebut. 

 Hal ini sama dengan menulis, ketika menulis tidak menjadi prioritas utama, maka keinginan menjadi penulis pun tidak akan menjadi terwujud. 

 Nah musuh terbesarku selama ini menurutku adalah malas. Berarti selama ini aku salah dalam berintrospeksi diri. 

 Yang benar adalah bahwa selama ini aku tidak menjadikan menulis sebagai prioritas utamaku. Oleh karena itu aku harus memprioritaskan menulis sebagai aktivitas harianku, meskipun hanya aku yang baca. Tapi syaratnya aku harus berani mempublish tulisan ku. Hal ini agar aku bisa hati-hati dan tidak sembarangan dalam menulis. 

 Seorang penulis pun butuh orang untuk mengkritik dan memberikan saran, agar tahu kualitas tulisan kita. Kalau hanya nulis tanpa publish, sama aja dengan zaman menulis diary saat aku, SD, SMP, SMA, bahkan kuliah. Dan aku tidak belajar untuk bisa membuat tulisan yang baik serta tidak bisa berbagi dengan orang lain. 

 Yang terakhir, jangan sepelekan do'a. Semua terjadi atas kehendak-Nya. 

"Ya ..Allah beri hamba kekuatan & kemampuan untuk menulis hal-hal yang baik dan bermanfaat,... Aamiin".